
Tuduhan terorisme palsu terhadap seorang akademisi Austria, Farid Hafez, telah dibatalkan setelah sebuah film dokumenter Al Jazeera mengungkapkan bahwa kasus tersebut didasarkan pada bukti palsu dan tuduhan palsu. Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Hafez mengatakan dia lega tidak lagi tinggal di Limbo lebih dari dua tahun setelah petugas menerobos masuk ke rumahnya yang berlantai dua dan mengarahkan senjata ke arahnya, istri dan dua anaknya.
“Saya tidak pernah tahu apakah hakim akan melanjutkan dan benar-benar mengajukan tuntutan, yang saya tidak percaya pada suatu saat, tapi saya juga tidak percaya bahwa serangan seperti itu bisa terjadi.” ungkapnya.
Hafez terkenal karena laporan tahunan tentang Islamofobia Eropa dan merupakan salah satu pendiri Asosiasi Pemuda Muslim Austria.
Melihat ke belakang, ilmuwan politik itu mengatakan tuduhan yang diajukan terhadapnya itu Gila dan muncul secara tiba-tiba. Apartemen Hafez adalah salah satu dari sekitar 60 rumah aktivis Muslim dan akademisi yang digerebek pada November 2020 sebagai bagian dari apa yang disebut menteri Dalam Negeri Austria sebagai Operasi Luxor.
Surat perintah penggeledahan menuduh bahwa Hafez yang berasal dari Mesir ingin menghancurkan Mesir dan Israel dan mendirikan kekhalifahan Islam di seluruh dunia dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Selain mendukung terorisme, polisi menuduhnya melakukan kejahatan termasuk permusuhan terhadap negara dan pencucian uang. Rekening bank Hafez dibekukan, membuatnya tidak mampu membayar pengacara atau memperbaiki kerusakan yang disebabkan selama penggerebekan.
Akademisi, yang sejak itu pindah ke Amerika Serikat untuk menjadi profesor di Universitas Georgetown, mengatakan banyak di antara mereka yang ditargetkan oleh pembekuan aset telah mengubah hidup mereka karena hilangnya keamanan finansial. Di antara mereka adalah pencela Pemerintah Mesir serta tokoh akademis yang menyatakan kritik terhadap Kebijakan Austria yang dipandang diskriminatif terhadap komunitas Muslim, termasuk penutupan masjid dan larangan jilbab.
Hafez mengatakan studinya tentang Islamofobia dibingkai ulang dan dianggap sebagai bentuk terorisme. Oleh karena itu, tuduhan yang diajukan tidak substansial, tetapi dia percaya membangun kasus yang kuat tidak pernah menjadi niat.
“Ide pada dasarnya adalah untuk mengintimidasi dan membungkam segala jenis kritik terhadap diskriminasi Austria terhadap orang-orang Muslim,” Kata Hafez.
Film Al Jazeera operasi Luxor Austria, dirilis pada Mei 2022, meneliti apa yang terjadi pada 9 November 2020, ketika petugas polisi menggerebek rumah dan organisasi Muslim di seluruh Austria diklaim sebagai operasi anti teroris.
Dalam sebuah opini untuk Al Jazeera pada Juni 2021, Hafez berpendapat bahwa penggerebekan ini adalah tanda yang jelas sejauh mana Pemerintah Austria telah mengidentifikasi Islam Politik sebagai ancaman bagi negara.
(IGPAS)